Apa itu demensia dan bagaimana mendiagnosisnya? Penyakit Alzheimer, yang juga disebut penyakit Parkinson, adalah kumpulan gejala berbeda yang berasal dari gangguan neurologis yang mempengaruhi sistem saraf pusat.
Sebenarnya itu bukan satu penyakit.
Demensia adalah hilangnya kemampuan kognitif atau kemunduran kemampuan individu untuk melakukan aktivitas yang sebelumnya dapat dilakukannya. Disfraksi, juga disebut demensia campuran atau demensia kronis, adalah kategori demensia yang mungkin termasuk: masalah memori, kelupaan, masalah motorik, masalah perilaku, penurunan konsentrasi dan peningkatan kesulitan dalam pengambilan keputusan dan penilaian. Seseorang dengan disfraksi mengalami kesulitan di satu atau lebih area ini secara teratur dan jika tidak ditangani, mereka bisa menjadi buta atau menjadi cacat parah. Penderita demensia juga memiliki kualitas hidup yang berkurang, serta kapasitas mental yang berkurang.
Demensia dapat memengaruhi individu secara berbeda tergantung pada usia dan tingkat keparahan gangguan mereka. Orang yang berusia lanjut lebih mungkin untuk mengembangkan demensia seiring bertambahnya usia, sementara pasien yang lebih muda memiliki peluang yang jauh lebih tinggi untuk mengembangkan demensia di kemudian hari.
Banyak orang mengacaukan demensia dengan penyakit Alzheimer. Meskipun kedua penyakit tersebut memiliki gejala yang serupa, diagnosis keduanya berbeda. Penyakit Alzheimer mempengaruhi otak dengan merusak neuron di bagian otak yang dikenal sebagai hipokampus. Demensia juga disebabkan oleh kerusakan sel saraf di sistem saraf pusat. Ketika seseorang mengembangkan demensia, itu tidak terjadi selama periode waktu tertentu tetapi berkembang secara bertahap selama periode waktu tertentu.
Selain usia, ada faktor lain yang berkontribusi untuk mengembangkan kondisi ini, termasuk kondisi medis dan pengobatan tertentu. Misalnya, jika pasien mengalami cedera kepala atau menderita depresi berat, kemungkinan terkena demensia meningkat secara dramatis. Ada berbagai jenis perawatan yang tersedia untuk pasien yang menderita demensia. Bergantung pada jenis demensia yang diderita pasien, ia mungkin memerlukan obat-obatan, terapi perilaku kognitif, atau kombinasi keduanya.
Terapi kognitif adalah bagian penting dari perawatan karena membantu mengatasi masalah yang terkait dengan otak seperti proses berpikir dan memori.
Pasien dapat belajar untuk mempelajari keterampilan dan kebiasaan baru yang akan membantu mereka mengatasi kesulitan yang mereka alami dengan lebih baik. Terapi kognitif juga dapat membantu pasien memperbaiki suasana hati, mengurangi perasaan terisolasi, dan meningkatkan kepercayaan diri.
Terapi kognitif membantu pasien mengatasi fobia dan ketakutan dengan mengajar pasien untuk rileks dan mengendalikan rasa takut atau serangan panik mereka. Ada juga sejumlah jenis terapi olahraga yang membantu pasien mempelajari keterampilan fisik baru. Terapi ini digunakan untuk membantu pasien mengatasi depresi.
Bagian akhir perawatan melibatkan pengajaran keterampilan hidup pasien dan membantunya mengembangkan sistem pendukung. Keterampilan ini dapat membantu mereka mengatasi stres, kecemasan, dan depresi.
Seringkali pasien memerlukan pengobatan dan terapi perilaku kognitif, tetapi kombinasi tersebut dapat bekerja untuk memperkuat kemampuan pasien untuk mengatasi demensia dan mencegah perkembangan episode psikotik. Obat sering diresepkan untuk membantu mengurangi efek obat yang dikonsumsi pasien untuk depresi. Jika pasien memakai obat antipsikotik atau antidepresan, maka mereka mungkin harus minum antidepresan sebagai tambahan dari obat yang mereka minum. Jika pasien menggunakan antidepresan dan antidepresan juga diambil, maka sangat umum bagi pasien untuk melakukan beberapa jenis sesi konseling dengan terapis mereka juga.
Bagaimanapun, Cognitive Behavior Therapy juga sangat berguna dan dapat digunakan untuk membantu pasien mengatasi demensia tanpa minum obat. Ini adalah proses di mana pasien didorong untuk memikirkan tentang bagaimana mereka menangani situasi menggunakan pikiran mereka. Ini sering kali merupakan pendekatan kolaboratif, di mana pasien dan terapis bekerja sama untuk menemukan cara mengubah pikiran mereka guna membantu mereka mengatasi tekanan dan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak orang mengira bahwa Cognitive Behavior Therapy hanya cocok untuk orang yang menderita penyakit Alzheimer, tetapi juga digunakan dalam banyak kasus. Jika seorang pasien menderita depresi dan menderita gangguan depresi, maka Terapi Perilaku Kognitif akan bekerja sangat baik dengan mereka. Mereka akan mempelajari teknik dan strategi yang membantu mereka mengatasi masalah mereka dan membantu mereka mengatasi depresi mereka.
Ada banyak alasan mengapa pasien harus mempertimbangkan Terapi Perilaku Kognitif sebagai bagian dari pengobatan mereka. Ia bekerja sangat baik untuk berbagai jenis demensia dan berbagai jenis kondisi.