Somatisasi adalah gangguan yang menyebabkan tekanan kronis dalam waktu lama.
Seseorang dengan kondisi ini mengalami berbagai gejala termasuk ketidaknyamanan yang ekstrim, perasaan tidak nyaman yang dalam dan terus-menerus, depresi, mudah tersinggung, putus asa, ketakutan, kecemasan, serangan panik, sakit kepala, gugup, kehilangan minat pada aktivitas biasa, dan penambahan berat badan . Gangguan somatisasi juga bisa disebut sindrom gangguan somatik tidak terorganisir.
Somatisasi adalah gangguan pada sistem saraf, yang menyebabkan gejala respons stres yang tidak normal di otak. Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental memiliki tujuh diagnosis berbeda di bawah payung gangguan somatoforming: gangguan somatisasi (DSM-IV), disforia somatoforming, gangguan kecemasan umum (GAD), sindrom somatik, mixed state dysphoria (MSD), gangguan kecemasan persisten (PCD), fobia sosial persisten (PSP), dan kebutuhan perawatan yang tidak terpenuhi secara terus-menerus. Namun, penyebab sebenarnya dari gangguan ini masih belum diketahui. Sebagian besar orang yang mengalami gangguan ini juga memiliki gangguan obsesif kompulsif.
Gangguan somatisasi sering dikaitkan dengan trauma emosional, seperti pelecehan, pelecehan seksual, atau penelantaran. Orang yang memiliki riwayat mengalami trauma dapat mengembangkan gangguan tersebut di kemudian hari. Ini juga dapat terjadi karena penyalahgunaan zat, seperti alkoholisme, obat penghilang rasa sakit resep, atau obat lain.
Mungkin sulit bagi orang yang somatis untuk mengatasi gejalanya. Dia bisa menderita depresi, kekhawatiran, kecemasan, rasa bersalah, malu, dan malu. Seseorang dengan gangguan somatizing merasa takut terus-menerus atas kondisi kesehatannya saat ini dan penampilan fisiknya.
Gejala fisik yang umumnya dikaitkan dengan somatizer termasuk perasaan tidak nyaman secara umum, otot pegal, berkeringat, mual, sakit kepala, sesak napas, gemetar, nyeri otot, pusing, dan kelemahan otot. Jenis kondisi ini terkadang disertai gejala perilaku, seperti rasa khawatir yang berlebihan, mudah tersinggung, agresif, dan berbicara berlebihan. Gejala-gejala ini dapat meningkat selama masa stres fisik. Selama periode ini, orang tersebut akan menghindari sumber stres, menjadi lebih tertutup dan tertekan, dan mulai terobsesi dengan detail tertentu, seperti warna kulit, tekstur rambut, atau ukuran, cara membuat gaun, dan ukuran benda tertentu, atau pakaian.
Jika Anda mengalami salah satu gejala ini, segera dapatkan bantuan medis. Jika tidak ditangani, gangguan tersebut bisa menjadi lebih buruk. Komplikasi serius seperti aneurisma, gagal ginjal, kerusakan saraf, serangan jantung, dan kematian dapat terjadi jika tidak ditangani.
Gangguan somatisasi dapat menyebabkan efek samping yang serius dari obat-obatan seperti antidepresan dan obat antipsikotik. Obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mood seperti antidepresan juga dapat menyebabkan efek samping pada orang dengan gangguan somatizing.
Psikoterapi, terapi perilaku kognitif, dan hipnoterapi adalah perawatan yang paling efektif untuk gangguan somatisasi.
Gangguan somatisasi dapat disebabkan oleh satu atau beberapa faktor. Seseorang dengan gangguan tersebut mungkin mengalami stres dan mengalami peristiwa traumatis seperti pelecehan fisik, penyakit, kecelakaan, atau kematian yang memicu timbulnya gangguan tersebut. Dalam banyak kasus, ini bersifat genetik. Bisa juga disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon di otak. Dalam hal ini, perawatan psikologis, modifikasi perilaku, terapi perilaku kognitif, dan psikoterapi, digunakan.
Stres, terutama pada masa kanak-kanak, dapat memicu gangguan somatizing. Trauma yang dialami bisa mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengendalikan emosi dan perilaku. Stresor juga dapat mempengaruhi pikiran dan tubuh serta membuat penderitanya merasa sakit, depresi, mudah marah, dan cemas. Dalam kasus gangguan somatizing yang parah, gejala fisik seperti tremor dan peningkatan detak jantung dapat terjadi.
Terapi perilaku digunakan untuk membantu orang mengatasi gangguan tersebut dan menghindari kemungkinan mengembangkannya di masa mendatang. Terapi perilaku kognitif membantu dalam mengubah pikiran dan perilaku yang menyimpang dan menggantinya dengan yang lebih rasional dan bermanfaat. Terapi perilaku kognitif telah terbukti sangat efektif dalam pengobatan gangguan somatizing. Hipnoterapi adalah bentuk lain dari terapi perilaku yang digunakan untuk mengobati penyebab gangguan, mengobati gejala emosional, dan mengurangi frekuensi dan intensitas gejala.
Terapi perilaku kognitif dan gabungan hipnoterapi dianggap sebagai bentuk perawatan paling efektif dalam pengobatan gangguan somatizing. Jika digunakan bersamaan, perawatannya lebih baik dibandingkan jika digunakan secara terpisah. Hipnoterapi mengajarkan seseorang untuk mempelajari strategi koping untuk mengendalikan tingkat stres dan kecemasan, belajar bagaimana mengubah perilaku yang tidak sehat, dan mengurangi perasaan dan perilaku negatif. Metode-metode ini membantu seseorang untuk meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.
Karena gangguan somatizing sangat serius, perhatian medis segera diperlukan. Pengobatan dan terapi harus dicoba hanya setelah berkonsultasi dengan dokter dan menjalani semua tes yang memungkinkan untuk memastikan adanya gangguan somatizing.